Ketika kau temui wajah kemarahan, lihatlah ke baliknya, dan akan kau dapati wajah bangga-diri.
Injaklah marah dan bangga-diri, jadikan mereka anak-tangga, dan panjatlah, naik.
Takkan pernah kau temui kedamaian, sampai engkau menjadi tuan mereka.
Tanggalkan kemarahan: rasanya manis, tapi mematikan.
Jangan mau jadi korbannya, kau perlukan kerendahan-hati untuk memanjat ke arah kemerdekaan.
Sumber:
Jalaluddin Rumi, Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal no 2197
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Azima Melita Kolin dan Maryam Mafi,
Dalam Rumi: Hidden Music, HarperCollins Publishers Ltd, 2001.
Jika Berhasil Kau Kuasai Dirimu
Sahabatku, janganlah engkau merasa getir segera engkau kan menyesalinya; jaga kesatuan dirimu jika tak ingin unsur dirimu bercerai-berai.
Jangan gontai kakimu, melangkah dari taman ini; atau akhirmu seperti burung hantu, tinggal di reruntuhan tua.[1]
Terjunlah dalam perang, jadilah ksatria bagaikan singa; atau akhirmu seperti binatang peliharaan, dikandangkan dalam gudang.[2]
Jika berhasil kau kuasai jiwa-rendahmu yang egois itu, seluruh kegelapanmu akan berubah jadi cahaya.
Catatan:
[1] Tak ada pengetahuan baru tentang-Nya yang menyegarkan dirimu.
[2] Terpenjara dalam alam ragawi semata.
Sumber:
Jalaluddin Rumi, Divan-i Syamsi Tabriz, Ghazal no 3299
Diterjemahkan oleh Nader Khalili, dalam Rumi: Fountain of Fire, Cal-Earth Press, 1994
Post a Comment (0)